Spiga
Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan

Perhiasan Terindah adalah Wanita Shalehah

Khadijah - The True Love Story of Muhammad SAW
Tak dapat dipungkiri, Khadijah, istri Rasulullah saw., merupakan sosok yang fenomenal. Bukan saja memiliki perilaku yang mulia, Khadijah juga merupakan sosok yang cerdas dengan ketabahan yang luar biasa.

la rela mengorbankan seluruh harta dan jiwanya untuk dakwah Rasulullah. Dengan kematangan, kebijaksanaan, dan integritas dirinya, Khadijah menyokong, membangkitkan tekad, dan mengobarkan semangat dakwah Rasulullah.

Jika ada wanita yang langsung menerima salam dari Allah, maka Khadijahlah orangnya. Peristiwa itu terjadi ketika Jibril mendatangi Rasulullah. Allah menjaga diri Khadijah dari segala cela, sehingga penduduk Mekah menjulukinya sebagai "wanita suci".

Khadijah pun menjadi wanita teristimewa bagi Rasulullah. Rasulullah selalu menyebut-nyebut nama Khadijah dan mengistimewakan teman-teman Khadijah, walau hingga Khadijah wafat. Inilah kisah Khadijah, cinta sejati Rasulullah.

Wanita - Wanita Sekitar Rasulullah ; Oleh: Umar Ahmad ar-Rawi
"Sejarah adalah kumpulan perjalanan hidup orang besar." Kalimat diatas mungkin tidak terlalu tepat menggambarkan arti 'sejarah' yang sebenarnya, namun juga tidak terlalu melenceng karena begitu besarnya peranan seorang pelaku utama sejarah dalam sebuah alur sejarah.

Sejarah Islam juga amat didominasi oleh perjalan hidup para pelakunya, terutama Muhammad Rasulullah saw. Kita mengenal banyak sosok pahlawan Islam di dalam diri sahabat-sahabat Rasulullah, baik dari kalangan kerabatnya, maupun kalangan yang jauh. Baik yang kemudian menjadi pemimpin umat maupun yang tetap menjadi orang biasa. Mereka itu tak hanya dari kalangan laki-laki, tapi juga banyak sahabat wanita.

Namun sayangnya banyak buku yang sudah ditulis tentang para pelaku sejarah permulaan Islam, tak banyak menampilkan tokoh wanita shahabiyah. Kalaupun ada, paling di seputar anak dan isteri Rasulullah saw. saja. Padahal peran para sahabat wanita itu tidak kalah besar dibanding sahabat laki-laki.

Untuk mengisi celah informasi sejarah ini, Umar Ahmad ar-Rawi menulis buku ini. Tak kurang dari 122 srikandi ditampilkan di buku laris ini. Mereka adalah wanita-wanita agung yang hidup di masa Rasulullah saw., dan yang setia bersama beliau dalam suka dan duka.

Diantara mereka adalah ibunda, isteri, anak, dan kerabat dekat Rasulullah. Juga wanita yang menyusui dan mengasuh Nabi, serta para shahabiyah lainnya, baik dari kalangan Muhajirin maupun Anshar. Diantara mereka ada pemimpin rumah tangga yang sukses, da'i penyebar agama Islam, pengusaha sukses, bahkan anggota pasukan perang yang gigih membela Rasulullah dengan darah dan nyawanya.

Renew Your Marriage - Kembali Menjaga Bahtera Kembali Memadu Cinta ; Oleh Mohammad Al-Kadhy, Psy. D
bila cintamu cinta sejati
tentu semuanya kan jadi mudah
kar’na segala yang ada di atas tanah
tak lain hanyalah tanah

Siratan makna puisi di atas seakan menjadi saksi betapa akan hangat dan nyamannya bahtera hidup, bila semua masalah secara matang ditempatkan pada duduk perkara sejatinya. Rumah tangga yang tenteram jelas bukan yang tanpa masalah, tapi yang secara dewasa dan bijak, dengan hiasan senyum ataupun linangan air mata, membijaki masalah demi masalah.

Mohammad Al-Khady, Doctor of Psychology, penulis buku ini, meneliti dan mencermati berbagai pengalaman rumah tangga, lalu mendulang berbagai solusi tak terduga untuk kita.

50 Nasihat Rasulullah untuk Kaum Wanita ; Oleh Majdi Sayyid Ibrahim
Pernahkah Anda membayangkan bahwa sesuatu yang tadinya Anda anggap sepele berakhir dengan bencana? Mungkin tanpa Anda sadari, ketika sedang enak-enak mengobrol dengan suami Anda, Anda menceritakan teman wanita Anda kepada suami secara mendalam, termasuk kecantikannya. Begitu antusiasnya Anda sehingga seakan-akan Anda telah menghadirkan teman wanita Anda tersebut ke hadapan suami Anda. Suami Anda pun menjadi tertarik kepada teman wanita Anda dan bisa jadi dia akan berusaha mendekatinya, bahkan tidak mustahil akan mengawininya dan menceraikan Anda, padahal sebelumya suami Anda sama sekali tidak mengenal teman Anda tersebut. Jika hal ini benar-benar terjadi, Anda hanya dapat menyesali kesalahan yang telah Anda lakukan.

Oleh karena itu, Rasulullah Saw. sejak dini telah memperingatkan agar hal yang demikian tidak terjadi. Kesalahan yang sering terjadi pada sebagian istri, sebagaimana disinggung di atas, adalah salah satu tema pembahasan dalam buku ini. Selain itu, masih banyak lagi tema menarik yang semuanya sarat dengan pendidikan dan penyempurnaan akhlak wanita Muslimah. Di antaranya, kemuliaan mendidik anak perempuan, hiburan yang diperbolehkan, dan wasiat Nabi Saw. untuk istri-istri beliau. Dari buku ini, Anda dapat belajar menapaki dunia dan sedapat mungkin melaksanakan nasihat-nasihat Rasulullah Saw. ini dalam kehidupan sehari-hari.

Kisah Teladan Wanita Ahli Surga ; Oleh Musthafa Murad
Ada sepuluh wanita suci yang dijanjikan masuk surga. Siapakah mereka? Mereka adalah wanita-wanita yang menampilkan sifat-sifat dan akhlak yang amat terpuji, antara lain: sungguh-sungguh dalam beribadah; tulus dalam melayani suami; ikhlas dalam beramal; mengorbankan jiwa-raga hanya untuk Allah; dermawan kepada sesama; kasih pada yang lemah dan menderita.

Apa saja yang mereka peroleh kelak di surga? Bagaimana Allah memperlakukan mereka? Kisah-kisah mereka terekam dalam buku yang sarat hikmah ini.

Menjadi Wanita Sukses dan Dicintai ; Oleh Syekh Adnan Ath-Tharsyah
Sukses, sering diidentikkan dengan kehidupan di luar rumah. Baik di tempat bekerja, sekolah atau kampus, dan juga organisasi; entah itu bersifat keagamaan, kemasyarakatan, ataupun politik. Dan, sukses pun menjadi identik dengan karir. Padahal, kesuksesan dalam kehidupan rumah tangga jauh lebih penting dan bernilai artinya bagi seorang manusia.

Bagi wanita, sukses adalah sebuah angan yang mahal. Banyak wanita berusaha keras menggapai sebuah kesuksesan, karena ia dapat memberikan rasa bahagia tersendiri di hati dan menanamkan rasa percaya pada diri sendiri. Lebih dari itu, kesuksesan dapat mendorong semangat bekerja tak kenal lelah dan kemauan untuk selalu maju. Namun, apalah arti sebuah kesuksesan tanpa cinta. Terasa hampa hidup ini jika orang-orang di sekeliling tak mencinta.

Adalah sebuah dambaan sangat mulia; menjadi wanita yang sukses dalam karir, dicintai suami dan anak-anak, dicintai orangtua dan saudara-saudara, disukai teman-teman, dan disukai di masyarakat. Buku "Menjadi Wanita Sukses dan Dicintai" ini —insya Allah— akan membantu setiap wanita untuk dapat meraih sukses dan cinta yang scnantiasa didamba.

Aura Wanita-wanita Sufi ; Oleh Abu Abdurrahman Al-Sulami
Ketika Ibn Arabi mengatakan bahwa, untuk menjadi sufi sejati, seseorang harus menjadi perempuan dulu, tampaknya Guru Agung ini tidak sedang bercanda. Setidaknya, ini terbukti dari banyaknya sufi perempuan yang menjadi guru bagi sufi-sufi besar sekaliber dia, Bayazid Al-Busthami, Dzun Nun Al-Misri dan seterusnya. Sufi perempuan yang dimaksud antara lain: Fathimah dari Kordoba, Fathimah Al-Naisafuri dan Aisyah dari Damaskus.

Tidak seperti dalam fiqih -- yang disebut-sebut sering mengecilkan peran perempuan, kalau bukannya menindas dan dengan demikian melanggar prinsip kesetaraan Al Quran --, dalam tasawuf peran kaum perempuan sungguh amat besar dan diakui. Para sufi seringkali mengenang sufi-sufi perempuan yang menjadi guru mereka, dari siapa mereka menyerap rahasia cinta dan suluh kasih-keibuan yang amat lembut dan indah. Hanya saja, karena mereka kurang dikenal dan amat jarang dilaporkan buku-buku biografi, maka keberadaan mereka seperti terlupakan.

Buku ini memuat tidak kurang dari kisah dan mutiara 84 wanita sufi secara singkat dan memikat. Seluruh materi yang, seperti diakui pentahkik buku ini, amat jarang diangkat oleh buku-buku biografi lainnya.

Baca Selengkapnya ...

Film 300: Pelecehan Peradaban Iran oleh Hollywood

Industri perfilman Hollywood telah berkali-kali memproduksi film yang menyimpangkan fakta sejarah dan mendiskreditkan ras atau etnis tertentu. Awal tahun 2007 ini, film serupa kembali dirilis Hollywood dan kali ini, yang menjadi korbannya adalah bangsa dan peradaban Iran. Film tersebut berjudul "300" dan sengaja dibuat untuk mendiskreditkan bangsa dan kultur Iran. Film ini diproduksi oleh perusahaan film Warner Bros, yang mengangkat cerita mengenai tragedi yang pernah terjadi 480 tahun sebelum masehi. Dalam skenario film ini diceritakan 300 tentara Sparta berperang menghadapi pasukan kolosal Khashayar Shah dari Dinasti Achaemenian. Tragedi bersejarah yang dipoles oleh Hollywood ini digambarkan dalam bentuk perlawanan sekelompok tentara Barat yang berjumlah sedikit terhadap pasukan kolosal Timur dan Iran yang sangat keji. Dengan menggunakan spesial efek yang luar biasa, bangsa Iran dalam film ini dikesankan sebagai bangsa yang keji, haus darah, dan zalim.

Film 300 yang dibuat hanya dalam waktu dua bulan ini, oleh sebagian pakar sinema dinilai sebagai film fiktif semata. Namun menurut para pengamat politik, film 300 termasuk agenda yang sudah diperhitungkan sejak jauh hari untuk mencoreng wajah Iran yang memiliki peradaban yang sangat tua. Sejarah peradaban Iran lebih dahulu muncul beberapa abad sebelum peradaban Eropa. Iran merupakan bangsa yang pertama kali mendirikan imperium di dunia. Pada saat itu, bangsa Iran berkuasa di berbagai kawasan yang meliputi Mesir hingga India, dan melintasi Teluk Persia hingga Yunani.

Selama 500 tahun, dinasti Achaemenian mempersembahkan berbagai karya besar untuk umat manusia. Instansi pos, bendungan air, kanal-kanal perairan dan jalur transportasi yang panjang adalah di antara inovasi dinasti ini. Pionir peradaban Achaemenian adalah seorang pendekar bernama Cyrus. Dalam sejarah, Cyrus juga tercatat sebagai pembebas kaum Yahudi dari kezaliman bangsa Babilonia. Pada 2500 tahun yang lalu, salah satu raja dinasti Achaemenian bernama Darius juga menguasai Terusan Suez.

Dinasti Achaemenian pada akhirnya terpecah-belah setelah datangnya serangan dari Alexander Macedonia. Alexander berambisi untuk menguasai dunia, termasuk Iran, sehingga dia melakukan serangkaian ekspedisi perang ke berbagai wilayah. Alexander Macedonia menyerang Iran dengan membakar Istana Persepolis, yang merupakan simbol peradaban dunia zaman itu. Puing-puing istana itu hingga kini masih ada di Shiraz, selatan Iran. Kini, 25 abad telah berlalu sejak serangan Alexander dan Barat sebagai penerus ambisi Alexander kembali menggelar perang terhadap Iran melalui berbagai cara, termasuk melalui perangkat canggih Hollywood.

Dalam film 300 ini, Barat tak mempedulikan hasil riset-riset yang aksiomatis dalam sejarah. Film ini juga melupakan gaya hidup dan bentuk pakaian bangsa Iran. Dalam film ini, Khashayar Shah digambarkan mirip dengan orang-orang Afrika dan India. Perlu diketahui juga, kekerasan merupakan bagian dari perang. Untuk itu, sebuah peradaban tak bisa dilecehkan karena melakukan kekerasan dalam peperangan. Jika kita menengok sejarah Yunani kuno dan imperium Romawi, terdapat ribuan tragedi terkait pembunuhan massal, pembakaran hidup-hidup, dan kejahatan-kejahatan perang lainnya. Sejak 20 abad lalu hingga kini, nama raja-raja Romawi kuno seperti Nero dan Caligula tercatat dalam sejarah sebagai penguasa yang paling sadis dan peminum darah. Dinasti Sparta yang dibanggakan dalam film 300 ini malah justru tercatat sebagai pelaksana sistem arogansi, hegemoni, serta pelaku perang.

Tentu saja, pernyataan tadi bukan berarti membenarkan peperangan, melainkan untuk sekedar memberitahukan hakikat asli Dinasti Sparta yang diagungkan dalam film ini. Sementara itu, bangsa Iran beberapa abad setelah peperangan ini, akhirnya menjalani kehidupan baru dengan menerima ajaran Islam. Setelah menerima Islam, peradaban Iran semakin maju dengan munculnya perkembangan pesat di pelbagai bidang ilmu, sosial, dan politik.

Dalam menanggapi berbagai kritik terhadap film ini, pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan film ini menyatakan, “Film ini menggambarkan perang antara bangsa Iran dan Sparta dipoles dengan data yang infaktual dan fiktif.” Namun, karena film ini telah mempermainkan identitas sejarah sebuah bangsa, film ini jelas telah melanggar etika dan menyinggung perasaan bangsa Iran. Tak heran bila kemudian muncul gelombang protes terhadap film ini dari bangsa Iran, baik yang tinggal di Iran maupun di luar negeri. Orang-orang Iran, dari berbagai agama, mazhab, dan haluan politik bersama-sama membela bangsa mereka yang telah dilecehkan oleh film ini.

Hollywood sebagai perusahaan film terbesar AS yang sekaligus representasi dari ambisi politik Washington di dunia perfilman, berusaha keras mencoreng peradaban besar Iran dan membangun opini umum dunia guna menyudutkan bangsa Iran. Hingga kini, meski telah dikritik banyak pihak, Washington masih tetap bersikeras pada kebijakan anti-Iran-nya itu. Sebagian pengamat politik menilai, niat AS untuk menyerang Iran seperti yang dilakukan Alexander di masa lalu, harus didahului dengan membangun opini terlebih dahulu. Untuk itulah, Hollywood sebagai alat politik Washington, memainkan perannya dalam mencoreng wajah bangsa Iran yang cinta perdamaian.

Terlepas dari segala kritikan teknis dan sejarah terhadap film ini, yang jelas, keagungan peradaban Iran sama sekali tak akan tergoyahkan oleh pembuatan film semacam ini. Sejarah manusia sangat berhutang budi kepada berbagai peradaban unggul, seperti peradaban Iran Islami, Yunani, Cina, dan Mesir. Di samping itu, kelanggengan peradaban manusia saling terkait erat dengan peradaban lainnya. Tak diragukan lagi, kritikan terhadap film ini tak hanya untuk membela bangsa Iran, tapi juga bisa dikatakan sebagai bentuk reaksi logis terhadap penyimpangan sejarah yang berkali-kali dilakukan oleh Hollywood demi menjaga interes Gedung Putih, karena Iran bukanlah satu-satunya korban dari pelecehan Hollywood.

Film 300 ini mulai dipromosikan di situs-situs sinema sejak akhir tahun 2006 dan dirilis pertama kali pada tanggal 9 Maret 2007. Dalam promosi film tersebut dikomentari bahwa penonton film ini akan melihat wajah lain bangsa Iran. Bangsa Iran cukup sensitif ketika melihat cuplikan-cuplikan film 300 yang ditayangkan untuk mempromosikan film tersebut, dan kini setelah film itu ditayangkan secara umum, mereka pun telah menangkap jelas tendensi di balik pembuatan film tersebut. Film 300 yang diproduksi oleh Warner Bross merupakan serangan yang tidak jantan dan pendeskriditan terhadap peradaban dan sejarah Iran.

Film ini diangkat dari novel karya Frank Miller yang menceritakan pertempuran Khashayar Shah, seorang raja Iran, dengan Raja Leonidas, seorang raja Spartan dari Yunani. Film ini mengambil latar belakang pertempuran Thermopylae, di mana Raja Leonidas mengerahkan 300 pasukan untuk menghadapi pasukan kolosal Raja Khashayar Shah. Namun pada akhirnya, pintu-pintu gerbang kota dapat dijebol oleh pasukan Iran dan kemudian pasukan Yunani mengalami kekalahan. Film ini mengangkat catatan dari Herodotus yang menyatakan, perlawanan selama tiga hari pasukan Spartan melawan pasukan Iran telah menimbulkan persatuan bangsa Yunani dan pembentukan pemerintahan demokratis.

Namun, pernyataan ini dibantah oleh Touraj Daryaee, seorang profesor Sejarah Kuno dari Universitas California. Dalam film ini orang-orang Sparta digambarkan sebagai pecinta demokrasi dan anti perbudakan. Padahal, sejarah menyebutkan, Dinasti Achaemenian di Iran mempekerjakan dan membayar para pekerja, tanpa memperdulikan etnik maupun jenis kelamin. Sebaliknya, pada zaman yang sama, hanya 14 persen orang-orang Yunani yang berpartisipasi dalan pemerintahan yang demokratis. Bahkan, pada saat itu, hampir 37% populasi Yunani adalah budak. Menurut Touraj Daryaee, Sparta adalah kerajaan militer, bukan pemerintahan demokratis dan bahkan memiliki sistem perbudakan.

Sutradara film 300, Zack Snyder, mengoptimalkan spesial efek yang luar biasa dalam film ini. Dengan melibatkan aktor-aktor nyata, bukan animasi, Snyder mampu memoles tayangan pertempuran dalam film tersebut sehingga terkesan seperti pertempuran yang nyata. Padahal, tayangan tersebut adalah hasil kombinasi permainan efek dengan latar belakang gambar-gambar. Namun demikian, para pengamat film tetap menilai negatif film tersebut dan sebagian menyebutnya sebagai film ala video game. Dalam film tersebut, pasukan Iran digambarkan seperti makhluk aneh dan juga dikesankan seperti robot yang tak berakal, yang tugasnya hanya membunuh manusia. Sebaliknya pasukan Yunani digambarkan sebagai pasukan yang cerdas.

Seorang kritikus film di koran New York Times menulis, Film 300 merupakan film yang bisa disetarakan dengan film Apocalypto yang disutradarai oleh Mel Gibson. Akan tetapi film 300 lebih konyol dua kali lipat dibanding film Apocalypto. Film ini cenderung menekankan penampilan luar. Dalam bagian film yang tak ada pertempuran dan pertumpahan darah, tubuh dan pakaian perang pasukan Yunani dan perhiasan-perhiasan pasukan Iran ditampilkan secara konyol.

Semakin jauh menyaksikan flm 300, akan kian nampak tendensi di balik pembuatan film ini. Koran Washinton Post menyebutkan, "Film 300 dikonsumsikan untuk penonton yang nalarnya rendah, bahkan dalam film itu sama sekali tak dijelaskan urgensi pengorbanan untuk menyelamatkan Thermopylae dan juga tak ada sedikitpun ulasan soal kekalahan telak Yunani dalam menghadapi bangsa Iran. Bagian film lainnya juga menampilkan parlemen Yunani yang menolak untuk memberikan dukungan dan bantuan kepada Raja Leonidas melalui serangkaian perdebatan. Hal ini mengingatkan Kongres AS yang menolak kebijkan Presiden AS, George W Bush soal perang Irak."

Seorang warga Iran setelah menonton film 300 menuliskan komentarnya di weblog pribadinya. Dia mengatakan, "Tanpa mempedulikan pemeranan karakter yang lemah dalam film ini, tema yang diangkat dalam film ini berkisar soal kebebasan dan perbudakan. Film itu juga menceritakan bahwa pasukan Iran menyerang Yunani untuk menjadikan bangsa Spartan sebagai budak dan satu-satunya cara untuk menyelamatkan dunia adalah dengan kemenangan bangsa Yunani. Ini mirip klaim yang digembar-gemborkan oleh AS dan sejumlah negara-negara arogan dunia. Di tengah-tengah upaya Iran untuk mengembangkan teknologi nuklir sipil, film tak bernilai semacam ini telah dirilis secara sengaja untuk mendiskreditkan bangsa Iran. Hal ini juga berkali-kali telah dilakukan oleh Hollywood dalam kondisi-kondisi sensitif, seperti film 'Alexander' yang sengaja dikemas untuk mengucilkan Iran."

Pemerintah Iran sendiri secara resmi melalui Lembaga Budaya Republik Islam Iran telah meminta UNESCO untuk menindak dan melarang penayangan film 300 yang bertendensi mendeskriditkan peradaban dan sejarah bangsa Iran. Lembaga ini secara tegas menyatakan, "Dengan memperhatikan piagam UNESCO yang mengecam kebencian dan pertentangan, dan juga mengingat UNESCO sebagai pihak yang bertugas melindungi peninggalan kebudayaan dunia, maka lembaga internasional ini harus mengeluarkan reaksi terkait masalah ini."

Warga Iran di seluruh dunia juga menggalang penandatanganan petisi online untuk memprotes penayangan film 300. Sebuah situs khusus juga dibuat untuk menampung kritikan para penonton film ini yang memprotes film tersebut. Hingga kini sudah banyak pihak yang membubuhkan tanda tangan sebagai aksi protes. Surat protes terbuka ini sengaja dimuat di situs ini dalam rangka mengecam arogansi Hollywood, dan langkah ini kian mendapat sambutan dari hari ke hari. Salah satu penggagas situs ini mengatakan, "Problema utama dalam film 300 adalah bahwa bangsa Iran dalam film ini digambarkan secara tidak realistis, dan sebuah bangsa besar dan beradab telah dikesankan negatif. Hal ini sama sekali tak bisa diterima."

Propaganda yang dikemas dengan data bohong dan tendensius ini merupakan politik Barat dalam rangka menyudutkan bangsa Iran. Sangatlah jelas bahwa pencorengan terhadap nama baik bangsa Iran di mata dunia dan justifikasi atas politik perang Washington adalah tujuan di balik pembuatan film 300. Namun bagi orang yang mengenal peradaban agung Iran, pembuatan film semacam ini sama sekali tak mengurangi penghargaan mereka terhadap peradaban tinggi bangsa Iran.

Sumber: IRIB bahasa Indonesia. (diambil dari www.abatasya.net)

Baca Selengkapnya ...